Kraksaan – Kasus asusila yang terjadi di GOR Sasana Krida Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, memantik reaksi banyak pihak. Kini giliran Ketua Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak MUI Kabupaten Probolinggo, Hj Nurayati bersuara.
Bagi MUI Kabupaten Probolinggo, kasus asusila di GOR Sasana Krida Kraksaan tidak hanya persoalan penyimpangan perilaku anak. Tapi, dampak dari minimnya perhatian dan pengetahuan pihak-pihak lain.
Hj Nurayati menjelaskan, ada lima elemen yang berperan penting dalam pengawasan anak dan remaja. “Orang tua, sekolah, pemerintah, media, masyarakat,” katanya.
Orang tua, lanjutnya, jadi elemen paling penting dalam upaya pengawasan terhadap anak. Termasuk menerpkan kebiasaan baik kepada anak. “Seperti, jangan mengizinkan anak perempuan diajak keluar jalan-jalan bersama teman laji-lakinya,” ujarnya.
Sementara di sekolah, ada bagian konseling yang turut membantu penerapan karakter baik pada anak didiknya.
Lalu, pemerintah yang berwenang di wilayahnya tidak boleh abai terhadap kondisi beberapa tempat yang jadi tempat tongkrongan anak muda. “Satpol PP harus rajin menggelar patroli,” terang.
Nurayati, yang juga ketua PC Muslimat NU Kabupaten Probolinggo ini menganggap peran penting media. Apalagi, saat ini masyarakat, termasuk anak muda lebih banyak menggunakan hp ketimbang buku.
Nah, dalam cakupan lebih luas maka masyarakat juga jadi pihak penting. Masyarakat perlu memberikan perhatian terhadap kondisi lingkungan.
Diketahui, kasus asusila yang dilakukan oleh sepasang remaja di GOR Sasana Krida Kraksaan, Senin (16/12), telah diungkap kepolisian setempat. Keduanya yang diketahui masih berstatus pelajar SMP telah dimintai keterangan. (Admin)